Quantcast
Channel: Silat Indonesia
Viewing all 59 articles
Browse latest View live

Robot Ini Jago Silat Cimande

$
0
0

Selama tiga menit, empat sekawan itu beraksi: menendang, memukul, dan berputar dengan luwes. Mereka mengenakan baju silat hitam, dua ban merah, dua ban putih.

Aksi ini bukan peragaan jurus di pertandingan. Lakonnya pun bukan atlet silat. Empat sekawan itu adalah robot bikinan Galvin Amaris, pelajar kelas enam Sekolah Dasar Springfield, Jakarta Barat, yang sedang mengikuti International Robot Olympiade di Universitas Tarumanegara, Kamis, 15 Desember 2011.

Bocah sebelas tahun ini mulai membuat robot ini bulan lalu. “Terinspirasi SEA Games,” katanya. Galvin mengadopsi gerakan Silat Cimande dari Internet.

Dia tidak menemukan banyak kesulitan untuk membuat empat robot 30 sentimeter dan bobot 1,45 kilogram itu. Maklum, Galvin sudah tiga tahun digembleng ilmu membuat robot di World Robotic Explorer di Thamrin City milik ibunya.

Jully Tjindrawan, ibunda Galvin, mendatangkan bahan robot Silat Cimande itu dari Korea Selatan. “Pas datang, cuma berbentuk kotak-kotak, Galvin yang merakitnya,” katanya. Si bocah juga menambah empat servo atau motor jadi 20 supaya gerakan lebih luwes. Harga satu unit robot sekitar Rp 6 juta.

Di olimpiade robot itu, Galvin bertarung di kategori robot kreatif junior. Terdapat 14 kategori yang diperlombakan sampai Sabtu mendatang. Pengumuman pemenang dilangsungkan Ahad di Balai Kartini.

 

sumber: tempo

 


Film tentang silat raih penghargaan JAFF 2011

$
0
0

Film The Raid karya Gareth Huw Evans meraih penghargaan spesial dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival 2011 karena mempromosikan pencak silat melalui sinema.

Presiden Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2011 Garin Nugoro pada acara penutupan JAFF di Yogyakarta, Sabtu, mengatakan film yang masuk dalam festival film internasional Toronto mampu menampilkan karakter cerita yang kuat.

Film itu menarik karena berkisah tentang silat sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia. Gareth berhasil menyampaikan pesan tentang silat sebagai pertunjukan budaya,” katanya.

Ia mengatakan film tersebut memiliki karakter personalitas yang kuat dalam setiap adegan.

Menurutnya, film pembuka karya Gareth pada JAFF 2009 juga memenangkan audience choice award di Fantastic Fest Austin, Texas dan mendapatkan anugerah film terbaik pada 2010 dalam action fest di North Carolina, Amerika.

Ia mengatakan Gareth mulai membuat film Footstep pada 2006, yang dirilis di Amerika.

Menurutnya, Gareth terus aktif menulis dan menjadi sutradara film, salah satunya adalah Film Merantau.

Sementara itu, Sutradara Film The Raid Gareth Huw Evans mengatakan silat di Indonesia menampilkan gerakan yang indah sehingga ia memutuskan untuk menulisnya.

“Saya menangkap peluang yang ada dengan melihat keunikan dan keindahan gerakan silat di Indonesia,” katanya.

Aktor Film The Raid Iko Uwais mengatakan film tersebut benar-benar menampilkan atlet silat yang menyuguhkan tontonan yang menarik.

Sementara itu, dalam acara penutupan JAFF 2011 tim juri juga memberikan enam penghargaan film yang lain.

Direktur JAFF Budi Irawanto mengatakan terdapat tiga kategori juri dalam JAFF setiap tahunnya, yakni festival juri netpac, festival juri JAFF, dan festival juri community.

Menurut dia, film panjang yang masuk kompetisi memiliki pendekatan beragam dari sisi bertutur, isu, dan pendekatan teknis.

Ia mengatakan tim juri telah menetapkan tujuh film peraih penghargaan.

Menurutnya, Film Oxygen karya Janchivdorj Sangedorj dari Mongolia menerima penghargaan netpac award karena memadukan seni dan etnografi kehidupan kota yang keras dan Gurun Gobi.

Ia mengatakan Film Winter Vacation dari China karya Li Hongqi meraih silver hanoman award karena sutradara mampu meramu kehidupan sehari-hari dalam perspektif yang menarik.

Dia mengatakan tim juri film pendek Asia memberikan penghargaan film pendek terbaik atau blencong award pada Film Open The Door karya Ashish Pandey dari India karena film mampu menampilkan kualitas film yang baik dengan durasi singkat.

Sedangkan, penghargaan juri special mention diberikan pada Film Bermula dari A karya BW Purba Negara.

Film tentang perdagangan perempuan karya Sutradara Filipina Remton Siega Zuasola meraih dua dari tujuh penghargaan.

Juri Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) Gregorius Djaduk Ferianto mengatakan film karya Sutradara Filipina Remton Siega Zuasola berjudul Ang Damgo Ni Eleuteria menggunakan pendekatan baru dan inspiratif sehingga layak mendapatkan dua penghargaan.

Menurutnya, film tersebut meraih penghargaan golden hanoman award dan Geber award.

Dia mengatakan golden hanoman award merupakan penghargaan yang diberikan kepada film Asia terbaik pertama melalui penjurian dalam program Asian Feature.

Sementara itu, geber award merupakan penghargaan kepada film Asia yang dipilih oleh komunitas film dari berbagai kota di Indonesia.

Dia mengatakan film berdurasi 90 menit itu mampu mengangkat dengan baik isu aktual yang dialami negara berkembang.

Menurutnya, film tersebut memanfaatkan ruang kreativitas dengan memaksimalkan teknologi digital melalui pengambilan gambar yang tidak terputus dari awal sampai akhir.

Film tersebut memiliki ide yang bagus dan berani mengambil risiko dengan jalan mengambil gambar secara tidak terputus,” katanya.

sumber: antaranews

Sambung Rasa Pencak Tradisi

$
0
0

GUYUB…!!!

Hanya satu kata itulah yang dapat menggambarkan suasana acara Sambung Rasa Pencak Tradisi yang di adakan Sabtu 24 Desember 2011 kemarin di Padepokan PERPI HARIMURTI.

Terhitung 30 perguruan pencak silat lokal dan 9 perguruan pencak silat dari luar kota Jogjakarta yang menghadiri acara tersebut. Semua bersatu, membaur dan dengan bersemangat mempertunjukkan ciri khas masing2 perguruan dengan iringan alunan gamelan Jawa yang sangat unik.

Tak pernah terbayangkan berbagai perguruan, pesilat dan guru dari berbagai aliran, perguruan terutama dari berbagai daerah berkumpul di satu tempat dalam suasana kekeluargaan seperti ini.

Yang tak kalah pentingnya adalah sesi sarasehan dan sumbang pendapat, masing2 wakil perguruan bersama IPSI Jogja bersama mencari solusi untuk perkembangan dan promosi pencak silat tradisi ke depannya. IPSI Jogja berjanji dan bertekad untuk terus menjadi pendukung penuh pencak tradisi agar bisa mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah terutama IPSI Pusat

Rangkaian foto tentu saja tidak dapat 100% menggambarkan betapa luar biasanya malam Sambung Rasa Pencak Tradisi tersebut. Semoga ke depan akan ada lebih banyak lagi acara serupa yang dapat diadakan.

Terima Kasih banyak kepada IPSI Jogja, PERPI Harimurti, Bakul Mie Jawa, Bakul Angkringan, Bakul Ronde, serta seluruh Guru Besar Paguron, dan para pesilat yang telah bersama berkumpul demi kemajuan Pencak Silat Indonesia. Secara khusus terima kasih banyak kepada Bapak Siswantoyo sebagai Ketua Harian IPSI Jogja dan Mas Joko Harimurti sebagai tuan rumah.

Seperti motto Tapak Suci Jogja yang tertera di jaket mereka, Kami Datang untuk menang. Kami datang untuk memenangkan pertarungan, menjadikan pencak silat kembali menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menjadi harta karun yang di cari dan di hormati semua bangsa. Kami datang untuk menang sudah tidak ada lagi kata mundur untuk itu…

 Bangunlah Pencak Silat Indonesia…!!!!

 

sumber: facebook tangtungan project

 

Ratusan Pendekar di Ponorogo Bentrok

$
0
0

Ratusan pendekar dari dua perguruan pencak silat bentrok di Desa Slahung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Ahad (15/1). Empat rumah warga rusak akibat terkena lemparan batu. Sebuah sepeda motor yang kebetulan terparkir di lokasi bentrokan juga ikut dirusak.

Menurut warga bentrok terjadi ketika massa salah satu perguruan terbesar di Ponorogo tengah berkonvoi. Entah apa pemicunya, tiba-tiba mereka saling lempar dengan massa perguruan silat lainnya. Untuk menghidari bentrok susulan, ratusan polisi berjaga di sejumlah titik rawan kerusuhan

sumber: liputan6

 

Karambit/Kerambit/Kurambik Indonesia Punya

$
0
0

Kerambit Indonesia Punya

karambit minangKerambit lahir di negeri ini. Itu artinya Kerambit adalah salah satu senjata warisan budaya. Namun sayang jenis senjata ini kurang begitu populer di kalangan kita sendiri. Ironisnya jutru di luar negeri senjata ini malah cukup dikenal, seperti di Malaysia, Philipina, bahkan di Amerika sekalipun. Bahkan US marshal menjadikan Kerambit sebagai salah satu alat wajib yang harus dibawa setiap personilnya.

Di luar negeri nama nama seperti Steve Tarani atau Ray Dionaldo cukup dikenal di kalangan penggemar beladiri sebagai orang yang mahir memainkan senjata ini. Bahkan Ray Dionaldo mendapat julukan The King of Kerambit.

Di Indonesia? Saya bisa paham jika anda kurang menggenalnya. Sangat jarang para pendekar silat yang mau mengajarkan tehnik bermain Kerambit. Sangat jarang pula para pendekar silat yang mendemostrasikan kemampuannya di depan khalayak. Hal ini bisa dipahami, karena Kerambit sendiri sebenarnya masuk dalam kategori senjata rahasia. Dan guru silat yang menguasainya tidak sembarangan mau menurunkan ilmunya, kecuali kepada murid yang benar benar dipercaya. Dan jika ia tidak mendapatkan murid yang dipercaya ini, maka ilmu Kerambit pun dibawanya mati.

Beberapa perguruan memang akhirnya bersedia membuka tehnik bermain Kerambit ini, khususnya silat silat aliran Jawa Barat. Dari sinilah ilmu Kerambit kemudian berkembang di luar. Para expatriat kemudian mengenalkan tehnik Kerambit ini di luar negeri dan bisa menjadi populer disana.

Kita mungkin bangga karena salah satu warisan budaya kita bisa dikenal di manca negara. Namun mungkin juga miris, kenapa justru berkembangnya disana. Mari kita bersama mengkajinya.

Senjatanya Kaum Tani Jawa

Karambit atau Kerambit adalah pisau genggam kecil, pisau melengkung dari Asia Tenggara, khususnya kepulauan Asia tenggara. Berdasarkan sejarah tertulis, Kerambit telah mulai digunakan dari daerah Jawa. Menurut cerita rakyat, terinspirasi oleh cakar kucing besar. Seperti senjata sebagian besar kawasan melayu, pada awalnya merupakan alat pertanian dirancang untuk menyapu akar, mengumpulkan batang padi dan alat pengirikan padi. Dirancang seperti itu menjadi lebih melengkung untuk memaksimalkan potensi pemotongan. Karambit akhirnya tersebar melalui jaringan perdagangan Indonesia hingga ke  negara-negara tetangga, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina dan Thailand.

Di Jawa Kerambit digunakan sebagai senjata simpanan kaum tani agraria, Kerambit tidak dipakai oleh kesatria (kelas prajurit) yang dilatih di keraton atau istana. Jadi Kerambit adalah senjata rakyat biasa.

Buku sejarah di Eropa mengatakan bahwa tentara di Malaysia dan Indonesia dipersenjatai dengan keris di pinggang dan tombak di tangan mereka, sedangkan Kerambit itu digunakan sebagai upaya terakhir ketika senjata lain hilang dalam pertempuran. Meskipun demikian, akhirnya populer di kalangan wanita yang akan mengikat senjata ke rambut mereka untuk digunakan dalam membela diri. Bahkan saat ini, guru silat menganggapnya sebagai senjata feminin. Para prajurit Bugis Sulawesi terkenal untuk keahlian mereka dalam memakai Kerambit. Saat ini Kerambit adalah salah satu senjata utama silat dan umumnya digunakan dalam seni beladiri.

 

Senjata Genggam Khas Minangkabau

Menurut Tambo Minangkabau, Kerambit merupakan jenis senjata asli Minangkabau Sumatera Barat, termasuk senjata khas andalan yang sangat berbahaya. Dalam aksen Minangkabau disebut “kurambik”. Pada masa dahulu, permainan senjata Kerambit di Minangkabau hanya diwarisi oleh para Datuk atau kalangan Raja, tidak sembarang orang menguasai permainan yang dianggap rahasia dan hanya untuk kalangan tertentu saja.

Dalam klasifikasi senjata genggam paling berbahaya, Kerambit sebagai senjata mematikan menempati urutan kedua setelah pistol. Sabetan senjata Kerambit bila mengenai tubuh lawan, dari luar memang tampak seperti luka sayatan kecil, namun pada bagian dalam tubuh bisa menimbulkan akibat yang sangat fatal karena urat-urat putus. Dan apabila mengenai perut, maka usus terpotong atau tercabik-cabik didalam.

Disamping menjadi senjata khas Minangkabau, permainan senjata Kerambit juga berkembang di Madiun Jawa Timur yang dalam aksen Jawa disebut dengan nama “kerambik”. Permainan senjata ini diajarkan oleh Ki Ngabei Surodiwiryo dalam permainan pencak silat Setia Hati (SH), yang didapatnya dari Gurunya yang bernama Datuk Rajo Batuah di Kampung Ampang Padang. Dan Datuk Rajo Batuah tersebut merupakan murid dari para Panglima Minangkabau yang disebut Harimau Nan Salapan. Di Madiun, permainan senjata Kerambit ini menjadi senjata khas pencak silat Setia Hati.

 Filosofi

  1. Sepasang Kerambit bila dimainkan, menggambarkan seekor kerbau yang menjadi lambang suku bangsa Minangkabau. Hal ini mengisyaratkan jati diri seorang satria atau pendekar Minangkabau yang sebenarnya.
  2. Sepasang Kerambit bila disatukan, menggambarkan perlambang hati. Dan barangsiapa yang setia kepada hati sanubarinya atau dapat merasakan sumber dari rasa yang selalu menghadap kepada Tuhan, niscaya ia akan selamat lahir bathinnya dan sampai kepada tujuannya. Artinya mengandung nilai ketaqwaan. Namun, jika ingkar atau menyimpang dari hati sanubarinya, maka ia akan celaka karena perbuatannya itu. Hal ini digambarkan dari senjata Kerambit yang tajam sisi luar maupun sisi dalamnya, dari luar mampu melindungi ancaman dan dari dalam juga dapat memberi kontrol diri karena jika menyimpang akan menjadi senjata makan tuan. Dengan demikian untuk meraih kemenangan atau tujuan, maka dalam memainkan senjata Kerambit juga harus berpedoman pada hukumnya yakni menjalankan “langkah” dalam “jurus” yang benar, tidak asal melangkah dalam memainkan suatu jurus. Sebab langkah dalam jurus merupakan sebuah hukum dalam pencak silat. Jika menyimpang atau melanggar dari hukum itu, maka akan memperoleh akibat hukumnya atau tergelincir karenanya. Dalam pencak silat, ini apa yang dimaksud sebagai rohnya pencak silat itu sendiri.
  3. Dalam memainkan langkah Kerambit, Kerambit muncul dari sisi atau samping perut, tersembunyi disamping iga atau rusuk. Hal ini mengandung maksud:
  • Kerambit ibarat tulang iga (bentuknya melengkung), mengingatkan kepada riwayat seorang wanita, sehingga wajib hukumnya untuk menempatkan wanita pada kedudukan yang terhormat mengingat kedudukannya sebagai seorang ibu. Dalam sistem adat Minangkabau, wanita memperoleh kedudukan yang sangat tinggi (matrilineal).
  • Kerambit ibarat tulang rusuk, memperlihatkan bahwa organ-organ tubuh bagian dalam manusia terlindungi oleh rusuk yang dapat membentuk tubuh manusia memiliki alat pertahanan yang kokoh dan kuat. Jika tidak ada tulang rusuk, maka badan menjadi lemah. Rusuk berfungsi melindungi ancaman dari luar dan ancaman dari dalam agar organ bagian dalam tidak mudah keluar dari badan. Dibalik rusuk juga bersemayam hati atau sumber rasa.

Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya senjata Kerambit itu adalah senjata yang berasal dari dalam tubuh manusia. Maka dalam pencak silat Minangkabau atau pencak silat Setia Hati (disingkat SH) merupakan satu kesatuan sistem yang tak dapat dipisahkan. Senjata yang ampuh adalah senjata yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Seperti yang digambarkan pada binatang kerbau yang memiliki tanduk yang kuat dan harimau yang memiliki kuku yang tajam, senjatanya binatang juga berasal dari dalam dirinya sendiri.

Senjata Silat Harimau

Untuk pesilat Harimau senjata andalan adalah Kurambik ini, yang diambil dari model kuku atau taring harimau.

Berdasarkan penuturan Guru Besar Silat Harimau bapak Edwel Yusri Datuk Rajo Gampo Alam. Menurut Datuk Edwel, di Tanah Datar Minangkabau Kerambit itu sangat sangat rahasia ilmunya.

Dahulu dipakai oleh pasukan harimau dengan Spesialisasi Silent Killing – Special Force untuk membunuh dan menculik. Bentuk melengkungnya juga leluasa dipakai untuk mencongkel kunci pintu.

Pewaris ilmu Kerambit ini harus dari kalangan keluarga. Keponakan-keponakan yang menjadi tanggung jawab para ninikmamak sudah dipantau jauh-jauh hari. Jikalau dipandang tidak ada yang bisa mewarisi, maka ilmu itu lebih baik dibawa mati.

Pembuatan Kerambit sangat personalized. Kenapa? Karena Kerambit selain sebagai alat membunuh juga sebagai identitas. Jikalau Kerambit digunakan (biasanya hanya pertarungan antar pendekar) dan musuhnya mati, maka bagian tajam harus dibiarkan menancap di tubuh korban. Sang pendekar harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, entah secara adat atau secara hukum. Bilah tajam disambungkan dengan Hilt menggunakan penguncian yang unik, dan ring index juga sangat personal. Dua hal ini yg akan membuktikan bahwa Kerambit adalah sah milik si pendekar.

Dibuat dengan besi tempa dengan campuran tujuh logam dan bagian yang tajam atau tengah dalam besi diberi Besi babajo (baja keras) philosofi tujuh logam dahulunya untuk melumpuhkan orang yang memiliki ilmu kebal, dengan tujuh logam biasanya akan tembus. (Japuik japuik tabao semba semba putuih,tibo dikulik cabiak tibo diurek putuih tibo ditulang patah, minuman angkau darah makanan engkau daging ,mauik manyapuik angkau)

Keberadaan Kerambit di Dunia

Kerambit adalah asli Sumatera, selain wilayah Indonesia karena penyebaran budaya, Asia Tenggara juga berhak mengklaim ini sebagai senjata tradisional mereka.

Dalam dunia barat terutama Amerika, Kerambit merupakan satu senjata favorit yang dikembangkan oleh beberapa perguruan. Steve Tarani mempunyai Basic Kerambit dari Silat Sunda, sedangkan Sayoc Kali mempuyai Basic Kerambit dari FMA (Filipino Martial Arts), dalam Silat Melayu Kerambit terkenal di kenalkan ke dunia oleh Silat Gayong.

Di Indonesia sendiri Kerambit di pakai oleh Silat Sumatera seperti Silat Harimau/Silek Harimau dengan sebutan Kurambik.

Untuk Karambit asal Sumatera, catatan tertua yang di temukan adalah penggunaan karambit yang ditulis pada Asian Journal British, July – Dec 1827.

Tahun 1960?an Daeger keliling Indonesia untuk melakukan pencatatan tentang senjata tajam dan pencak silat di Indonesia yang sampai sekarang dijadikan rujukan informasi mengenai senjata tajam dan pencak silat oleh banyak orang.

Berbagai nama Kerambit

Di beberapa daerah Jawa Timur ada satu bentukan pisau (biasanya digunakan untuk keperluan rumah tangga dan pertanian) yang dipakai untuk menyerut bambu yang digunakan untuk dijadikan kipas, atau sebagai pengulit kelapa, kelapa ada bahasa Jawa disebut kerambil, dan senjata ini fungsi awalnya untuk itu.

Kerambit juga memiliki istilah lain yaitu “korambit atau kerambui”. Selain itu dikenal juga dengan “KURAMBI” atau “KURAMBIK” dalam bahasa Minang, “KARAMBET” dalam bahasa Aceh dan Aceh juga punya karambit jenis sendiri yang berbeda. Di jambi dan Sumatera Tengah ada yg nyebutnya “RAMBAI”, “KUDI”. Sedikit Melayu disebut Lawi Ayam, Kuku Ayam. Diantara semua nama panggilan untuk sejenis senjata dengan Dua sisi tajam dan melengkung baik yg memiliki ring atau tidak lebih banyak digunakan “KARAMBIT” lantaran referensi yang ada menyebut kata itu.

Kelebihan Karambit

Kelebihan dari Kerambit adalah:

  • Bentuknyah kecil dan mudah disembunyikan
  • Sulit untuk di disarmed atau dilucuti dalam pertarungan
  • Jarak bisa berubah tanpa ada gerakan footwork atau merubah langkah
  • Bisa untuk dua serangan dalam satu gerakan tangan
  • Lebih membuat robekan besar untuk gerakan-gerakan tarikan
  • Serangan cepat dengan pegangan standart secara pukulan jab

 

Jenis Karambit

Meski secara umum bentuk Kerambit adalah sama yaitu melengkung (curve) dan memiliki lobang dibagian pegangannya, namun dalam perkembangannya Kerambit memiliki beberapa bentuk. Dari bilah tajamnya terbagai menjadi dua yaitu tajam tunggal (single edge) dan tajam ganda (double edges). Sedangkan di Indonesia sendiri, Kerambit ada dua yaitu Kerambit Jawa Barat dan Kerambit Padang. Kerambit Jawa Barat biasanya memiliki lengkungan yang membulat, sedangkan Kerambit Padang memiliki lengkungan siku.

  • Kerambit kuku bima: Jawa barat
  • Kerambit kuku Hanuman: Jawa Barat
  • Kerambit kuku harimau: Sumatra, Jawa Barat dan Madura
  • Kerambit Sumbawa: Pulau Sumba
  • Kerambit Lombok: Lombok
  • Lawi ayam: Cakar ayam dari Padang

 

sumber: primadonal

 

Dr Hiltrud Cordes, Peneliti “Silek” Minangkabau

$
0
0

Hiltrud memulai hubungannya dengan Indonesia dari Minangkabau. Setelah meneliti ”silek” (pencak silat) Minangkabau dan menulis buku rujukan pertama dari sisi antropologi, Hiltrud tak terbendung lagi.

Mendirikan perguruan pencak silat di Jerman dan Serikat Pencak Silat Jerman (PSUD). Ia lalu menjadi presiden pertama Federasi Pencak Silat Eropa (EPSF).

Hiltrud juga mendirikan lembaga amal Kultur Kontakt yang berfokus pada kerja sama lembaga dan pembangunan kebudayaan Indonesia- Jerman. Hal itu di antaranya mengumpulkan dana bagi kelompok-kelompok kesenian dari Indonesia untuk berpentas di Eropa.

Dia juga mendirikan Yayasan Penyu yang berpusat di Swiss dan Jerman serta mengelola program konservasi penyu di Berau, Kalimantan Timur. Ia juga menjadi manajer produksi beragam program dokumenter soal Indonesia yang digarap stasiun televisi Bayerischer Rundfunk di Muenchen, Jerman.

 

Dua tahun terakhir, Hiltrud menjadi salah seorang kurator Sawahlunto International Music Festival (SIMFes). Sebuah festival musik di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, yang baru saja merangkak dengan seniman dari berbagai benua.

Jangan panggil saya doktor, panggil saja Hilli,” katanya.

Hilli lalu menerawang jauh ke tahun 1980-an, seusai menamatkan kuliah S-2 tahun 1983, saat ia melancong ke Indonesia untuk pertama kali. ”Saat itu Indonesia adalah tujuan yang cukup populer. Banyak anak muda Eropa jalan-jalan ke Indonesia,” kenangnya.

Hilli bukan sekadar jalan-jalan. Ia mencari daerah penelitian untuk program S-3. Ia langsung betah dan menetapkan fokus. Apalagi ketika ia menemukan pencak silat di dataran Sunda. ”Saya cerita kepada pembimbing saya, Prof Kurt Tauchmann, bagaimana jika saya meneliti pencak silat,” ujarnya.

 

Terpesona silat

Gayung bersambut karena saat itu belum ada penelitian di dunia akademis soal pencak silat dari sudut pandang antropologi. Ia kembali ke Eropa dan tahun 1986 ia terpesona penampilan dua perempuan Bukittinggi yang menampilkan silek dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat di Vienna, Austria.

Ia mengingat silek untuk pertama kali sebagai perpaduan yang sangat harmonis. Sederhana, tak banyak gerak, tetapi penuh ledakan energi.

Dia pun bertemu dengan mahasiswa Indonesia dari Nagari Magek, Kabupaten Agam -dekat Bukittinggi- yang tengah melanjutkan kuliah di Hamburg. Mahasiswa itu, Aryadie Adnan, kini dosen Jurusan Kepelatihan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.

”Saya bertemu Hilli dalam pertandingan sepak takraw di Hamburg. Saat itu dia datang dari Cologne dan mengutarakan keinginannya meneliti silek. Saya langsung persilakan datang dan tinggal bersama orangtua saya,” kata Aryadie.

Beberapa waktu kemudian, Hilli berkirim surat kepada Aryadie yang sudah kembali ke Indonesia. ”Kami lalu bertemu di Padang. Dia antar saya ke Magek. Saya dititipkan kepada ibunya untuk menumpang tinggal selama sepuluh bulan. Mereka adalah keluarga angkat saya sekarang,” kenang Hilli.

Hilli belajar kepada sejumlah guru silek, termasuk kepada Sutan Malenggang, guru dua perempuan pesilat dari Bukittinggi yang pernah ditontonnya di Vienna. Ia merasa perlu belajar langsung silek Minangkabau. ”Supaya saya paham, saya harus praktik sendiri,” kata Hilli.

Persiapan merantau

Penelitiannya lalu berfokus pada fungsi silek dalam sistem sosial Minangkabau. Filosofi silek Minangkabau sebagai persiapan bagi anak-anak muda Minang sebelum merantau menjadi dasar pemahamannya kemudian.

Ia mengatakan tidak ada aliran dalam silek Minangkabau. Pengajaran dilakukan antara kelompok murid dan guru. Ini menjadi mata pelajaran untuk penguasaan soft skill sebelum memasuki jenjang pendidikan formal. ”Dengan surau sebagai pusatnya,” ujarnya.

Hilli melanjutkan, sekalipun belum ada data sahih, kuat diduga maksimal hanya 95 persen ilmu dari guru silek yang diturunkan kepada muridnya. ”Ada rahasia yang tidak diturunkan. Barulah biasanya ketika menjelang ajal, itu diturunkan,” kata anak kedua dari lima bersaudara itu.

Pesan untuk mengembangkan pencak silat di Eropa datang dari Sutan Malenggang di ujung masa penelitiannya. Sebagai murid yang baik, Hilli patuh.

Di sudut Museum Goedang Ransoem, Kota Sawahlunto, yang basah karena hujan malam itu, perbincangan kami sempat terhenti. Hilli mesti mengurusi pembukaan SIMFes yang padat. Namun, seusai pergelaran, ia kemudian kembali dan melanjutkan ceritanya sembari mengisap sebatang rokok mentol.

Di Jerman, dia mendirikan Perguruan Silek Tuo. Tahun 1988, dia mendirikan PSUD di Jerman dengan total lima perguruan pencak silat.

Selain itu, dia juga menjalankan amanah Sutan Malenggang dengan mengembangkan organisasi pencak silat di Eropa dengan mendirikan EPSF. ”Ini sebagai balas budi saya karena saya mendapatkan gelar S-3 juga karena orang-orang lain yang membantu,” katanya.

 

Sekalipun lama tak bermain silek, Hilli mengatakan dirinya masih ingat beberapa jurus. ”Itu mirip dengan keterampilan bersepeda. Tinggal diasah saja lagi sekalipun lama tidak melakukannya,” ujarnya.

 

Tahun 1991 ia membantu seorang sutradara membuat film dokumenter soal konservasi. Tidak kurang dari 23 film dokumenter tentang kehidupan alam liar yang mencakup orangutan, burung, dan penyu.

 

Dari sinilah, ia berkenalan dengan fakta menyedihkan soal kehidupan penyu sebagai penjamin tingkat nutrisi di perairan dan fosil hidup. Ia menjalankan program konservasi di Berau. Bukan hanya menyelamatkan penyu, tetapi juga memikirkan mata pencarian alternatif bagi penangkap penyu.

 

Hilli masih memendam keinginan untuk membuat program konservasi penyu di beberapa daerah lain di Indonesia. Namun, dana yang tersedia terbatas.

Suaminya, Prof Dr Otto Jockel, yang juga Rektor Sekolah Ekonomi Internasional Neuss di Jerman mendukungnya. Bagaimana pendapatnya mengenai negeri, terutama yang berkaitan dengan konservasi alam? ”Saya lihat dari undang-undang bagus. Saya kasih jempol. Cuma pelaksanaannya kurang,” kata Hilli

sumber : kompas
Kompas, Sabtu, 14 Januari 2012, rubrik Sosok

 

Aom Tur’at : Sang Perintis Pencak Silat di Tatar Galuh Ciamis

$
0
0

Mama guru cumarios, ‘Naha lain kuring geus nyaritakeun pamaksudan ka anjeun’, sarta karuhun baheula ogé geus nyarita, yén éta para utusan anu satia satuhu seja unjukkan ka Gusti Alloh

RADEN AOM TUR’AT
Salah satu aliran pencak silat (maénpo) yang asli dari Tatar Galuh Ciamis adalah Aliran AOM TUR’AT. Menurut tuturan dari para muridnya, AOM TUR’AT berasal dari kota Bandung. Ia lahir pada tahun 1878, kemudian pada tahun 1935 ia berkelana ke Tatar Galuh Ciamis untuk menyebarkan seni bela diri tradisional yang diciptakannya. Pertama kali ia mengembangkan ajarannya di daerah Cijantung Ciamis, karena ia menikah dengan seorang gadis Cijantung. Namun beberapa tahun kemudian istrinya meninggal dunia.

Setahun setelah Indonesia Merdeka (1946), ia menikah lagi dengan seorang janda dari kampung Cikatomas Desa Handapherang Ciamis, yang bernama Nyi Arsitem (yang acapkali dipanggil Nyi Itong). Dari daerah Handapherang inilah, ia terus mengembangkan ajaran pencak silatnya, bahkan menyebar ke berbagai daerah, seperti daerah Cidewa Dewasari, Janggala Cidolog, Cimaragas, Karangampel Baregbeg, dan Ciparigi Sukadana Ciamis.

Pada waktu itu istilah pencak silat disebut dengan maénpo (maén usik nu tara méré témpo). AOM TUR’AT mengatakan bahwa pencak silat (maénpo) itu ada tiga pengertian, yakni 1) usik (gerakan), 2) karep (kemauan/niat yang kuat), 3) rasa (dorongan batin). Adapun gerakan jurus-jurus AOM TUR’AT merupakan gabungan dari berbagai guru yang telah teruji kemahirannya. Untuk mendapatkan kesempurnaan ilmunya, ia berguru ke sepuluh orang guru, yang salah satunya ia pernah belajar silat Cikalong ciptaan Juragan Haji Ibrahim atau Raden Djajaperbata. Dari kesepuluh guru yang ia pelajari, lalu diambil intisarinya yang telah ia uji kehebatan gerakannya, dan ia gabungkan menjadi gerakan silat tersendiri yang dinamakan Pencak Silat (Maénpo) Aliran AOM TUR’AT, yang terdiri dari :

  • 30 Gerakan Jurus Dasar
  • 11 Gerakan Lapisan (Gerakan gabungan dari jurus dasar)
  • 5 Gerakan Pecahan (Gerakan gabungan dari jurus dasar dan lapisan yang diiringi gerak langkah kaki/mecah)
  • Kaedah (Isi dari gerakan jurus dasar, lapisan dan pecahan)
  • Jurus Bedog (diambil dari gerakan pecahan)
  • Usik (gerak reflek)
  • Akal (gerak rasa).

Selanjutnya dalam gerakan pencak silat ini mengandung gerakan néwak (menangkap, miceun (membuang); neunggeul (memukul); ngelés/nyingcet (menghindar), dan ngalumpuhkeun (melumpuhkan lawan). Ketiga bentuk gerakan tersebut secara filosofis berarti kita harus mampu menangkap nafsu jahat yang datang pada diri yang seterusnya harus segera dibuang, namun apabila nafsu terus berkobar maka harus dipatahkan dengan cara memukulnya, dan apabila membahayakan pada diri maka harus segera dilumpuhkan.

AOM TUR’AT terkenal sebagai orang yang taat menjalankan ajaran agama, dan dekat dengan guru-guru ngaji di madrasah. Sehingga setiap akan mengajarkan silat kepada murid-muridnya, ia selalu berpesan untuk tidak meninggalkan shalat wajib yang lima waktu dan mengajarkan agar senantiasa menjaga hubungan tali silaturrahim. Sehingga falsafahnya, ”Ngaliwatan silat sing ngetol sholat, jeung ulah pegat silaturrahim.” Dalam hal ini, jurus hanya boleh digunakan untuk menjaga diri bukan untuk menyombongkan diri.

Pada waktu itu, warna seragama yang dipakai untuk latihan, AOM TUR’AT menyarankan untuk memakai pakaian putih, dengan ikat pinggang berwarna kuning. Dari sini dapat kita pahami bahwa warna putih merupakan lambang kesucian dan kebersihan lahir batin, sedangkan warna kuning perlambang keagungan, kewibawaan dan persahabatan.

AOM TUR’AT yang mahir juga berbahasa Belanda ini wafat pada jaman revolusi bertepatan dengan Agresi Militer Belanda ke II yang terjadi pada tahun 1949 dalam usia 71 tahun. Ketika wafatnya tidak seperti halnya kebanyakan orang pada umumnya, ia wafat secara tiba-tiba dan langsung lenyap (sunda: silem). Sehingga pada waktu itu, masyarakat pun tersentak kaget. Sebelum wafat ia memang mengalami sakit, namun sakitnya pun tidak seperti kita berbaring di tempat tidur. Ketika sakit, ia masih sempat jalan-jalan ke sana ke mari tanpa pakai baju, sehingga orang-orang pun keheranan sambil bergumam (ting kecewis). Maka sampai saat ini, kuburannya pun tidak ada yang tahu di mana sebenarnya dia meninggal, karena ia lenyap tanpa ada yang mengetahuinya.

Murid-murid AOM TUR’AT yang terkenal adalah:
1) Wikatma (Bah Emo) dari Handapherang
2) Fachrudin (ayahanda Empud Saepudin) dari Handapherang
3) Abas Masduki dari Janggala
4) Den Emod dari Cimaragas.

Adapun murid-muridnya yang lain di antaranya: H. Hasan (Mantan Kepala Desa Handapherang), Achmad Djalaludin (Kepala Desa Handapherang pada saat itu = Ayahanda Kang Hasbi), Ijazi (anak dari Ny Arsitem sebelum nikah dengan Aom Tur’at), Sasmita, Sukinta, Suwanta, Ahmad, H. Tahya, Tahyudin, Sayubi, Samsudin, Muchtar, Al Hapi, Atmaja, Jajuli, Ahyar, Lomri, Madrofi, Ojo, Wanta, Jae/Sasmita, Hambali, Sukaeri, Fahroji dan Djuhana.

AOM TUR’AT berpesan pada murid-muridnya dengan kalimat: ”Kudu hormat ka saluhureun, nyaah ka sahandapeun, deudeuh ka sasama”. Ini adalah bagian dari gerak rasa, karena itu beliau berkata, “rasa sajeroning rasa” (bagian rasa mesti diterima oleh rasa). Jangan malah sebaliknya, ”resep maledog kanu gedé, nalipak kanu leutik, resep pasea”. Sehingga jika ada yang sedang latihan pencak silat dalam kondisi penuh dengan nafsu amarah, beliau acap kali berkata, ”beu lapur” (tidak ada manfaatnya –belajar silat). Dalam hal ini ketika menghadapi lawan, kata beliau, kuncinya adalah: ”Ulah hayang menang, ulah sieun éléh, babakuna kedah teger, kumpulkeun dina manah; kantun nengetan usikna jalmi” (Jangan ingin menang, jangan takut kalah, tapi harus konsentrasi yang dipusatkan di hati, perhatikan gerak langkahnya orang lain).

Selain itu, dalam belajar usik (gerak jurus dengan rasa) harus memiliki tiga kontrol utama, yaitu :
1. Kedah tiasa ngosongkeun émutan sareng minuhan émutan (gembleng kana hiji hal). Maksudnya kita harus mampu mengosongkan pikiran dan mengisinya pikiran itu untuk fokus pada satu hal/tujuan.
2. Kedah bedas, hartosna bedas nyaéta sanés tanaga namung manah kedah teguh, kedah tiasa merangan nafsu anu awon. Artinya hati harus teguh, dan harus mampu memerangi hawa nafsu yang jelek.
3. Kedah ikhlas, hartosna manah kedah suci, margi kedah tiasa ningali batin salira ku anjeun, sareng kedah nyaksi ku manah kana kaagungan Gusti anu Maha Suci. Maksudnya, harus ikhlas, dalam arti hati harus suci, sebab harus bisa melihat diri dengan batin kita sendiri, serta harus meyakini akan keagungan Allah Yang Maha Suci.

Dalam masalah peralatan pencak silat pun memiliki makna tersendiri, yakni :
a. Kendang indung, artinya bahwa fungsi sang bunda (indung) merupakan wujud yang mesti menjadi patokan yang dapat menuntut jalan hidup kita (nu nungtun jalan hirup urang saréréa) dalam menjalankan derap langkah kehidupan.
b. Kendang anak, artinya anak mesti tunduk kepada tuntunan ibundanya (indung).
c. Kuluwung (kula suwung) jeung kulitna, artinya bahwa diri kita sudah semestinya banyak diingatkan oleh diri kita sendiri sebelum diingatkan oleh orang lain.
d. Sora Goong (gung… gung… gung…), artinya dalam setiap langkah kita senantiasa menyuarakan pujian kepada Allah Yang Maha Agung.
e. Sora Tarompet, artinya ajakan untuk senantiasa serempak untuk giat bekerja (ngehempak-hempak nitah prak gawé).

Sebagai kata penutup, sudah semestinya siapa saja yang akan mempelajari gerakan pencak silat aliran AOM TUR’AT memahami 11 (sebelas) hal, sebagaimana amanat dari penggagasnya, yakni:
1. Kedah ngabdi ka Alloh
2. Hidmah ka Ibu rama
3. Ta’at ka pamaréntah salagi aya dina jalan bener
4. Ta’at kana kawajiban diajar
5. Sopan santun
6. Silih ma’afkeun
7. Silih wasiatan dina jalan kasaéan
8. Silih tulungan
9. Ngaberesihkeun laku tina mipit teu amit ngala teu ménta
10. Ngaberesihkeun tékad
11. Jihadun-nafsi (ngendalikeun nafsu).

Mari kita lestarikan pencak silat di Tatar Sunda yang mengandung nilai-nilai spiritual dan budaya luhur. Melalui khazanah budaya luhur pencak silat itu sendiri, maka akan terwujud hakikat dan tingkatan tertinggi ilmu silat yakni silaturrahim.

Salam silaturrahim ka sadayana!

sumber:facebook group silat tradisional

 

Tari Pentjak Silat (Betawi Style)

$
0
0

bang zul sabeniTari Pencak Silat tergolong baru berkembang lama di Betawi. Sebab selama ini para pelaku silat Betawi lebih mementingkan segi “isi” ketimbang “kembangan” silat. Akan tetapi tarian ini bergunan untuk membangkitkan gairah anak muda untuk belajar pencak silat. Dengan sendirinya tari pencak silat berisi gerak-gerak silat denga berbagai aliran atau gaya yang diikuti masing-masing penari.

Berbeda dengan tari pencak silat di Pasundan yang diiringi gendang pencak, tari silat Betawi diiringi gambang kromon, rebana biang, dan sebagainya. Ada pula pencak seperti kelompok Putra Betawi pimpinan Utama di Kayu manis dan Mamat di Cirendeu. Akan tetapi instrument gendang pencak pada tari silat Betawi hanya sebagai pembawa irama saja. Sementara di Pasundan di samping sebagai pembawa irama gendang pencak juga memberikan aksentuasi pada gerakan-gerakan tari.

Pada 1979 Pemda DKI Jakarta dan Lembaga Kesenian Betawi pernah mengadakan festival tari silat Betawi Juara I adalah aliran Sabeni pimpinan Mohammad ali Sabeni dari Tanah ABang dengan pengiring orkes samrah; Juara II Sinar Kwitang pimpinan Asmat dari Kwitang dengan pengiring gambang kromong; Juara III Putra Betawi pimpinan Utama dari Kayu manis dengan pengiring gendang pencak Betawi.

 

eng:

Pencak silat dance can be categorized as developing and have not too long in Batavianese’s culture. These years, Silat performers are thinking more of the content not the growth of Silat itself. But this dance is to stimulate youngster to learn more about Pencak silat. Of course the movement of pencak silat dance contains silat motions along with various genre or style known by the performer. Differ from Pencak Silat dance in Pasundan which is complemented with Gendang Pencak, Batavianese’s  Silat is complemented by Gambang Kromong, Rebana Biang and the others. Some were also complement it with Gendang Pencak like Putra Batavianese group led by Utama in Kayu Manis and Mamat in Cirendeu. While in Pasundan, other than as the rhytim maker, Gendang Pencak also bring accentuation on the dance movement.

In 1979, the Government of Jakarta and the Institute of Batavienese Culture held Batavienese Silat Dance Festival.  The 1st winner is Sabeni Style led by Mohammad Ali from Tanah Abang with the complement of Samrah Orchestra; 2nd winner is Sinar Kwitang led by Asmat from Kwitang with the complement of Gambang Kromong; 3rd winner is Putra Batavienese led by Utama from Kayu Manis with complement of Batavinese’s Gendang Pencak.

 

 

sumber:
note  T Aditya Kurniawan

 

bang zul sabeni


Uncul Betawi

$
0
0

20120208-uncul-betawiUncul merupakan bagian atau biasa diselipkan pada pertunjukan Ujungan Betawi. Sebagaimana ujungan di daerah lain, yang biasa disebut citikan atau sabetan, ujungan Betawi berupa pertandingan ketrampilan pukul-memukul dan tangkis-menangkis dengan rotan. Uncul berfungsi sebagai rangsangan dan tantangan kepada lawan dalam arena ujungan.

Musik pengiring uncul biasa disebut “sampyong”. Terdiri atas sebuah sampyong, semacam gambang sederhana denga empat bilah terbuat dari bamboo atau kayu, ditambah kentongan bamboo dan tanduk kerbau. Kostum penari uncul, sebagaimana pemain ujungan Betawi tidak ditetapkan. Tetapi umumnya mereka mengenakan celana pangsi hitam, kaos oblong hitam, atau kadang-kadang bertelanjang dada. Sambil memegang pukulan rotan sebesar ibu jari kaki dan panjang 80cm, seorang penari uncul muncul di arena setelah lebih dulu memberi hormat dengan membungkukkan badan. Setelah itu barulah ia menari dengan gerakan-gerakan pukulan, menangkis dengan rotannya, secara berirama dan ditingkahi alunan music sampyong. Ada pula yang menari dengan gerak lucu seperti gerak monyet, untuk memancing dan memanaskan hati lawan.

Pendukung uncul sebagaimana ujungan Betawi, adalah petani. Penyebarannya janya di  Jakarta Timur terutama daerah-daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi. Sedang di Bekasi hampir di semua kecamatan ada, tetapi  lebih diutamakan ujungannya ketimbang unculnya. Tokoh-tokoh uncul di Jakarta antara lain Yakub, Mamad, Peto dan Sapri. Mereka semua sudah lanjut usia.

eng:

Uncul is a part or usually put in a Ujungan Batavienese performance. As like Ujungan in the other area, which usually called Citikan or Sabetan, Ujungan  Batavienese is acompetition of hitting and dodging skill using rattan. Uncul is usually to stimulate and a challenge to the opponents inside the Ujungan arena.

Music that usually complement uncul is called “sampyong”. Sampyong consist of sampyong, a simple Gambang with 4 piles of bamboo or woods, added with bamboo drum and buffalo horn. The costume, as like Ujungan Batavienese player, is free. But they usually wear a black Pangsi , black shirt, or sometimes topless. While hitting a rattan club with the thumb sized diameter and length of 80cm, an Uncul performer present in the arena after giving salutation and bow. After that, then he will dance with hitting move, dodging with his rattan, rhyming and complemented with Sampyong music. Some others are dancing with funny movement like monkey to stimulate and challenge the opponents.

The supporter of Uncul, as like Ujungan Batavienese, is farmers, the distriburion area is only in Eastern Jakarta, especially those which close to the border of Bekasi Regency. While in Bekasi, almost aall district have theirs, but they put more attention on the ujungan than the Uncul. Uncul figure in Jakarta are  Yakub, Mamad, Peto and Sapri, but all of them are old.

 

sumber:
fb note T. Aditya Kurniawan

 

20120208-uncul-betawi

Prabowo Siap Angkat Pamor Silat

$
0
0

Mempopulerkan olahraga pencak silat baik secara nasional maupun internasional menjadi tantangan tersendiri bagi Prabowo Subianto yang terpilih kembali untuk memimpin PB IPSI (Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia) periode 2012-2016.

Menjadi tugas yang cukup berat untuk mempopulerkan silat. Jangankan di internasional di nasional saja olahraga silat masih dipandang sebagai cabang olahraga kampungan. Padahal silat ini adalah warisan budaya yang terbesar yang kita miliki,” ujar mantan Danjen Kopasus ini yang untuk ketiga kalinya menahkodai PB IPSI setelah terpilih secara aklamasi di Padepokan Pencak Silat TMII, Rabu (22/2).

SIRKUIT SILAT

Salah satu terobosan yang akan dilakukan oleh Prabowo bersama kepengurusannya nanti adalah membuat sirkuit silat profesional. “Trendnya memang ke arah situ (sirkuit silat profesional). Beberapa perguruan sudah menyanggupinya dan nantinya akan dikemas secara menarik sehingga tidak kalah pamornya dengan olahraga sepakbola,” terangnya.

Dalam kesempatan itu Prabowo mengaku miris dengan kecenderungan anak-anak muda yang konsumerisme dan materialisme ketimbang melakukan kegiatan olahraga.

sumber: postkotanews

Lomba Penulisan Artikel Silat

$
0
0

FP2STI dibawah naungan Yayasan Sahabat Silat mengundangan para guru, pendekar dan para sahabat silat semua untuk berpartisipasi dalam lomba penulisan artikel tentang silat.
Tema artikel silat yang diminta adalah: Manfaat Silat Bagi Kehidupan.


Artikel diharapkan memberikan inspirasi kepada pembaca bahwa ilmu silat tidak saja menjadikan kita cekatan dalam perkelahian namun juga memudahkan kita dalam menjalani peran kita masing2 dalam kehidupan. Peran dalam kehidupan yang dimaksud bisa sebagai anak, orang tua, guru, pelajar, karyawan, pengusaha, programmer computer,dokter,pasien, ketua RT atau RW dan ribuan peran lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Peserta bisa menuliskannya dalam bentuk opini, cerita pengalaman pribadi atau cerita pengalaman orang lain yang benar2 terjadi atau kajian filosofi kaidah-kaidah dalam silat yang peserta kuasai.
Semua tulisan yang masuk akan dimuat di SilatIndonesia.com dan SahabatSilat.com. Untuk 10 tulisan terbaik akan diusahakan untuk diterbitkan dalam bentuk buku.

Syarat tulisan yang boleh diikutkan lomba:

1. Minimal 7000 karakter, Maksimal 30.000 karakter (termasuk spasi)
2. Tidak Mengandung unsur SARA dan parnografi;
3. Belum pernah diterbitkan di publikasi manapun termasuk di blog pribadi.
4. Ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik

Syarat Peserta:

1. Umum. Tidak ada batasan usia, jenis kelamin, agama, suku atau pun kewarganegaraan.
2. Terdaftar sebagai member Sahabatsilat.com

Tulisan dapat dikirim langsung ke admin dengan melampirkan biodatan singkat (nama, nickname di SS, usia, alamat, email, telpon, perguruan (kalau ada), dan pekerjaan)

Disediakan 3 hadiah utama untuk penulisan terbaik.

Hadiah Pertama senilai Rp. 2.500.000
Hadiah Kedua     Senilai Rp. 1.500.000
Hadiah Ketiga    senilai   Rp. 1.000.000

Setiap tulisan yang dikirim menjadi milik FP2STI dan jika diterbitkan FP2STI tetap akan menyantumkan nama penulis.

Tata cara pengiriman :

01. artikel ditulis dalam dokumen berformat .doc
02. artikel dikirimkan sebagai attachment di dalam email (boleh di-zip dahulu)
03. tiap peserta boleh mengirimkan maksimal 3 (tiga) artikel
04. tiap email hanya untuk 1 (satu) artikel
05. format nama file: “namalengkap-judul artikel.doc”
06. artikel dikirimkan paling lambat pada : 26 maret 2012
07. artikel dikirimkan ke: artikel@silatindonesia.com dan di-CC ke artikel@sahabatsilat.com

Pengumuman Pemenang : 6 april 2012.

*note*
jika mengirimkan lebih dari 1 artikel,
masing-masing artikel dikirimkan dalam email yang terpisah.

Salam Silat,

Santri Kinasih
Atas Nama Ketua FP2STI, Taufan Prasetya dan Ketua Yayasan Sahabat Silat, Alda F Amtha.

informasi lebih lanjut akan diinformasikan di:
forum sahabat silat

 

The Raid Sukses, Saatnya Wisatawan Belajar Silat!

$
0
0

theraidThailand punya Muay Thai, Brazil punya Capoeira, dan kini Indonesia punya Silat untuk menarik wisatawan. Seiring suksesnya film aksi The Raid, terbuka kemungkinan para traveler berwisata untuk belajar Silat di Indonesia.

Kenapa tidak dengan belajar Silat? Di Bangkok, para turis mendatangi sasana tinju untuk belajar Muay Thai. Di Brazil, ada banyak sekolah Capoeira yang bisa diikuti oleh wisatawan.

Hal ini juga yang bisa dikembangkan oleh Indonesia. Menparekraf Mari Elka Pangestu menjelaskan, untuk mengembangkan Silat sebagai daya tarik wisata, bisa saja disiapkan padepokan-padepokan Silat sebagai destinasi wisatawan.

“Nantinya akan ada padepokan juga, yang menjadi tujuan khusus untuk Pencak Silat,” kata Menparekraf Mari Elka Pangestu saat screening film The Raid di XXI Epiwalk, Rasuna Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (22/3/2012) malam.

Menjadikan sekolah beladiri sebagai destinasi wisata, menurut Mari sudah lebih dulu dilakukan di China. “Semacam Shaolin Temple di China, tempat orang-orang belajar Kung Fu,” tambahnya.

Mari pun menyambut gembira suksesnya film The Raid yang diputar di berbagai negara. Pencak Silat kini berpeluang besar menjadi sport tourism baru di Indonesia, menyusul surfing, arung jerman, dan olahraga lain yang menjadi favorit wisatawan.

Tentu saja jadi bagian sport tourism, sangat positif untuk mengangkat warisan budaya Indonesia. Orang-orang akan bertanya apa itu Pencak Silat, dan ingin tahu lebih banyak tentang itu,” kata Mari.

sumber: detik

Kritikus Dunia Komentari Film ‘The Raid’

$
0
0

Film ‘The Raid: Redemption‘ mendapat sambutan hangat dari para kritikus dunia. Film karya anak bangsa ini diulas di sejumlah media asing seperti Los Angeles Times, Hollywood.com, dan New York Post.

Lewat ulasannya berjudul ‘Armed for the ‘Redemption’’ di New York Post, kritikus film Lou Lumenick menyebut, adegan aksi di film “The Raid‘ brutal dan memacu adrenalin. Ia juga mengatakan, film ‘The Raid’ tidak ditujukan bagi penonton yang memiliki jantung lemah ataupun masalah dengan perut.

“‘The Raid: Redemption’ memiliki beberapa plot twist yang rapih dan sedikit banyak karakterisasi dari yang Anda harapkan dari jenis film semacam ini. Namun kebanyakan hal tersebut merupakan impian dari para pecinta laga,” ujar Lumenick.

Kritikus Gary Goldstein tak ketinggalan mengulas film garapan sutradara Gareth Evans tersebut dengan tajuk ‘The Raid: Redemption’ is an action bonanza’ di Los Angeles Times. Goldstein menilai, film ‘The Raid’ kaya akan adegan laga yang mengejutkan. Ia juga tak segan memuji kemampuan Evans dalam menyajikan visualiasi menakjubkan yang bisa membuat mata penonton tak teralihkan.

“Ini melelahkan, menggembirakan, hal-hal memukau yang tidak boleh dilewatkan oleh penggemar film yang dibuat dengan penuh enerjik,” ujar Goldstein.

Pujian terhadap film yang dibintangi Iko Uwais ini juga datang dari kritikus film Matt Patches. Lewat ulasannya di Holywood.com, Patches mengatakan bahwa definisi film laga modern bisa diperdebatkan setelah menyaksikan film ‘The Raid‘.

Tentu saja mereka memiliki adegan laga- tapi tak ada yang setara dengan apa yang telah dilakukan sutradara Gareth Evans lewat seni bela diri yang hebat sekali, koreografi dengan presisi yang tak terbayangkan,” ujar Patches.

Selain tayang di Indonesia, film ‘The Raid’ juga diputar di 14 bioskop di Amerika Serikat. Film tersebut didistribusikan di luar negeri oleh Sony Pictures Classic. Semenjak diputar di Negeri Paman Sam, ‘The Raid’ sukses mengantongi pendapatan sekitar Rp2 miliar.

‘The Raid’ menceritakan perjalanan 20 anggota pasukan khusus dalam menjalankan misi menangkap satu gembong narkotika kejam di sebuah gedung 30 lantai yang tak tersentuh aparat. Misi penuh bahaya ini juga dibintangi oleh Ray Sahetapy, Donny Alamsyah, Yayan Ruhiyan, Joe Taslim dan Pierre Gruno.

sumber: vivanews

Paguyuban Angkringan Silat

$
0
0

Tanggal 24 Maret 2012 di cetuskan lah Paguyuban Angkringan Silat, sebuah komunitas tempat para praktisi Pencak Silat Tradisi Jogyakarta berkumpul, sebuah komunitas dengan gaya khas Jogjakarta…

Paguyuban ini di dukung oleh banyak elemen penting Jogjakarta, baik dari IPSI Kota, KONI, sampai Walikota sendiri pun mendukung dengan menyediakan Pendopo Walikota sebagai tempat berkumpul malam itu. Bahkan dari Pihak Media Lokal, Retjo Buntung Group juga sangat mendukung terbentuknya Paguyuban ini demi kemajuan Pencak Tradisi di Jogjakarta

Acara malam itu sangat meriah, seperti biasa angkringan disediakan gratis, para pengisi acara sangat bersemangat menunjukkan ke khasan dari masing-masing perguruan..

Selamat Jogjakarta atas berdirinya Paguyuban Angkringan Silat…

sumber: fb tangtungan project

Pengumuman Pemenang Lomba Artikel Pencak Silat Indonesia

$
0
0

PENGUMUMAN PEMENANG LOMBA PENULISAN ARTIKEL PENCAK SILAT INDONESIA

Assalamau alaiakum wrwb,

Berdarkan rangkaian rapat penjurian yang dilaksanakan melalui penilaian dan diskusi yang ketat berikut ini diumumkan para pemenang lomba Penulisan artikel Pencak Silat Indonesia sebagai berikut :

Pemenang
I. Mitos Mata Maung dari Silat Sunda Peninggalan Padjadjaran, oleh Alamsyah dan Muhammad Ridwan
II. Pencak Silat sebagai Icon Nation dan Character Building, oleh Moch. Nur Rofiq
III. Tawuran dan Anarkisme, Apakah Pencak Silat Tidak Makin Memperparah? oleh Khoirul Azis Rifai

Harapan
- OSIS, Silat, dan Karakter Unggulan, oleh Ganar Adhitya
- Belajar Silat Berarti Belajar untuk Mengendalikan Diri Sendiri, oleh Gede agus Bramanta
- Lingkar Manfaat Pencak Silat Dalam Kehidupan Kita, oleh Yudianto

Demikian keputusan dewan juri, semoga akan memberi semangat dan menbangkitkan penulisan artikel silat di Indonesia sehingga akan meningkatkan pengembangan silat Indonesia.
Semoga ALLAH SWT memberi keberkahan kepada kita sekalian dan seluruh pejuang pengembangan Pencak Silat di seluruh dunia.

Atas nama Dewan Juri

Satria Naga
Ketua Dewan Juri

ref: Lomba Penulisan Artikel Silat oleh Sahabat Silat

Lomba Penulisan Artikel Silat

 

 


Populerkan Kembali Bela Diri Asli Tanah Air

$
0
0

Populerkan Kembali Bela Diri Asli Tanah Air

Populerkan Kembali Bela Diri Asli Tanah AirLewat penelusuran yang dilakukan Koran Jakarta, akhirnya jawaban atas pertanyaan di atas didapatkan dari sebuah komunitas yang bernama Forum Pencinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia (FP2STI). Pencak silat pada umumnya hanya menjadi “penghias bibir” bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Hal itu sangat bertolak belakang dengan berkembang pesatnya kebudayaan nasional itu di mancanegara. Warga dunia sudah mulai mempelajari silat bukan hanya jurus dan aplikasinya, namun juga seluruh aspek yang berkaitan dengan silat. Berakar dari hal itu, muncullah sebuah komunitas FP2STI yang berupaya mengangkat kembali budaya bangsa Indonesia tersebut.

Komunitas itu terbentuk dari sekelompok pencinta pencak silat yang sering berkumpul dan berdiskusi dalam laman online Silat Bogor. Seringnya bertukar pikiran pada forum tersebut menyebabkan timbul keinginan mencari tahu pendekar-pendekar silat tradisional yang sebelumnya sangat jarang diketahui keberadaannya.

Sejumlah guru besar dengan murid-muridnya akhirnya memutuskan untuk melakukan pertemuan secara langsung. Seiring dengan semakin seringnya kopi darat pada saat itu, akhirnya didirikanlah FP2STI pada tanggal 6 Juni 2006 di Padepokan Pencak Silat TMII.

Misi dan Visi
Visi yang diemban oleh FP2STI adalah melestarikan silat tradisional sebagai budaya luhur bangsa Indonesia. Adapun misi berjalannya FP-2STI antara lain menjadikan silat tradisional sebagai tuan rumah di negeri sendiri dan menjadikan Indonesia pusat pengembangan silat tradisional dunia.

Kita ingin menyosialisasikan bahwa pencak silat itu tidaklah seperti pandangan yang ada di benak masyarakat bahwa silat itu kampungan,” ungkap Taufan Prasetya, Ketua FP2STI, ketika ditemui oleh Koran Jakarta.

Dilihat dari strukturnya, FP2STI ini pada dasarnya berada dalam sebuah yayasan bernama Sahabat Silat yang dimotori oleh Alda Amtha. Yayasan itu tentunya memerlukan suatu forum kegiatan. Forum kegiatan itulah yang dinamakan FP2STI. Bentuknya jauh berbeda dengan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) yang berupa organisasi nasional yang membawahi kegiatan pencak silat secara resmi.

Menurut Taufan, FP2STI lebih berupa padepokan-padepokan dan berbasis komunitas. Selain itu, di dalam FP2STI, tidak adanya pertandingan kompetisi, berbeda dengan IPSI yang bentuknya lebih berupa kompetisi. Selama perkembangannya, FP2STI tidak lepas mengalami masa pasang-surut.

Dimulai dari hanya 25 orang dan berbentuk tim-tim kecil, mereka mendatangi sejumlah perguruan lainnya untuk kemudian merangkulnya bersama-sama. “Hingga sekarang, sudah ada ratusan guru besar silat yang bergabung dengan ribuan muridnya,” ujar Edwin Hidayat, pendekar Golok Saliwa sekaligus pengurus komunitas itu.

Saat ini, perguruan silat yang di bawah naungan FP2STI telah berjumlah 33 di Jakarta, sekitar 40 di Riau, 77 perguruan di Surabaya, dan masih banyak lagi yang tersebar di wilayah Indonesia lainnya. Komunitas itu pun berhasil menjangkau sejumlah negara lain. Beberapa aktivis FP2STI juga berada di Amerika, Singapura, Belanda, Jerman, dan beberapa lainnya. Orang Prancis, Italia, dan Inggris pun sering mendatangi salah satu guru besar FP2STI sekadar untuk berlatih silat. edh/R-3

Ragam dan Tantangan Seni Pencak

Terdapat lebih-kurang 800 aliran silat di Indonesia. Di Sumatra Barat, terdapat sekitar 200 aliran asli. Masing-masing aliran berbeda dan memiliki ciri khas. Bukan hanya aliran Jawa Barat dengan Sumatra Barat yang berbeda, namun juga antara aliran silat di Sumatra Barat yang tinggal di pegunungan dan di pantai.

Bahkan antara gunung yang satu dan yang lainnya berbeda. Menurut Taufan, silat secara umum pada zaman Orde Baru perkembangannya sangat pesat, terutama sebagai aspek olah raga. Saat itu, perhatian pemerintah memang besar dan sangat mendukung perkembangan pencak silat.

Namun, semenjak era reformasi hingga sekarang, perkembangan silat kembali menurun. Sosialisasi yang diadakan oleh FP2STI beberapa tahun belakangan ternyata berbuah hasil yang bagus dalam meningkatkan minat masyarakat untuk kembali ke silat. Diadakannya beberapa kegiatan yang walaupun hanya bermodalkan dana swadaya anggotanya serta ekspos media yang semakin tinggi membuat perkembangan silat saat ini dirasa kembali meningkat.

Salah satu bentuk ekspos media ini adalah dibuatnya film Merantau dan The Raid. Penggunaan teknik-teknik silat yang kental pada kedua film tersebut sedikit membuka mata masyarakat bawha ternyata pencak silat tidak kampungan dan tidak seperti yang selama ini mereka ketahui. “Film itu sangat besar pengaruhnya terhadap minat silat, dan dilihat dari trennya terhadap silat, memang semakin ke sini semakin meningkat,” aku Taufan.

Masih kurang diminatinya pencak silat oleh kaum urban adalah kurang tersedianya fasilitas berlatih di daerah perkotaan dibanding dengan olah raga bela diri lainnya seperti boxing atau capoiera yang dapat ditemui di gym atau tempat-tempat strategis perkotaan lainnya yang mudah dicapai.

Perkembangan pencak silat di negara lain, misalnya Malaysia, dikatakan Taufan, malah jauh lebih baik dibanding Indonesia. Hal itu dikarenakan lemahnya Indonesia dalam budaya tulis dan hanya mengutamakan budaya tutur. Di Malaysia, dalam hal pendokumentasian lebih jelas.

Padahal jika ditelusuri lebih lanjut, 90 persen silat di Malaysia datang dari Sumatra Barat. Singapura bahkan lebih hebat. Negara tersebut dikabarkan memiliki visi menjadi negara pusat silat. Mereka akan membangun sebuah institusi khusus pencak silat. Menyadari tidak adanya sumber daya, Singapura akan memanggil guru besar-guru besar dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina untuk mengajar di sana. edh/R-3

Mempelajari Nilai-nilai Kehidupan yang Luhur

Melalui forum itu, FP2STI ingin menggali aspekaspek luhur kehidupan yang terkandung dalam silat. Oleh karena itu, bentuk kegiatankegiatan yang diadakan memang sedikit berbeda. Beragam kegiatan dirancang oleh FP2STI untuk menarik minat masyarakat, terutama kaum muda, untuk melestarikan silat tradisional Indonesia.

Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan adalah workshop atau semacam diskusi bulanan. Komunitas itu mengundang perguruan-perguruan anggota FP2STI untuk mempresentasikan apa yang perguruan tersebut persembahkan atau ajarkan kepada muridnya. “Jadi, lebih ke berbagi pengetahuan sesama perguruan,” kata Taufan.

Workshop ini diadakan selain bermaksud untuk belajar, menjadi media silaturahim sehingga masalah egosentris yang semisal memang ada akan kita minimalisasi,” tambah dia. Salah satu workshop yang pernah dibuat oleh FP2STI bermateri tentang silat dari perspektif budaya.

Sejumlah perguruan silat melakukan demonstrasi pada kegiatan tersebut. Perguruan Iko Uwais saat itu juga diundang. Ia juga sempat hadir dalam workshop itu dan ikut berbagi sedikit pengalamannya dalam bersilat. Bentuk workshop silat yang pernah diadakan antara lain silat Bandrong, silat Harimau, silat Kumango, silat Seliwa, dan silat Champ.

Pengabdian FP2STI
Selain mengadakan workshop, forum itu pernah mengadakan kegiatan seminar “Silat for Life”. FP2STI, dalam kegiatan ini, mendatangkan beberapa CEO perusahaan sebagai tamu narasumber. Melalui kegiatan itu, konsep silat dijabarkan dapat juga digunakan untuk kegiatan sehari-hari, bahkan dapat diterapkan dalam sebuah manajemen.

FP2STI juga melaksanakan kegiatan-kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Salah satunya adalah aksi sosial saat terjadi gempa di Sumatera Barat, dan memberikan pelatihan pencak silat untuk tenaga kerja wanita di Hong Kong. Baru-baru ini, FP2STI pun mengadakan sebuah lomba penulisan artikel yang bertema silat.

Rupanya tanggapannya cukup baik oleh para penggemar silat, dan kita sempat kaget juga mengetahui responsnya yang luar biasa,” ungkap Edwin. Program lainnya yang diadakan oleh FP2STI adalah kolaborasi dengan IPSI dalam pertunjukan pencak silat indah di berbagai perlombaan, wisata menuju daerah-daerah pusat berkembangnya pencak silat, gerakan peduli silat, silat goes to campus, Indonesian community exhibition, dan pameran budaya Indonesia.

Ada juga kampung silat Jampang sebagai bentuk dari kerja sama dengan sebuah yayasan sosial, yakni pembangunan pusat pelatihan silat dan menghidupkan kembali roh silat kampung Jampang. Ke depan, kegiatan yang akan dilaksanakan oleh FP- 2STI melibatkan anak-anak sekolah.

Rencana jangka panjangnya, aku Edwin, FP-2STI harus memiliki sebuah kantor pusat serta fasilitasfasilitas lainnya yang turut mendukung komunitas itu. “Semua ini harus dilakukan secara bergulir dan tidak mudah. Soalnya, aktivis kita sendiri di antaranya juga merupakan orang-orang sibuk semua,” jelas Edwin.

Melalui forum tersebut, diharapkan akan timbul sebuah kesadaran akan pentingnya melestarikan budaya silat tradisional di Indonesia. FP2STI memiliki tujuan mencuri perhatian orangorang pintar, tokoh-tokoh masyarakat, kaum muda, dan pemerintah untuk bergabung dengan forum tersebut.

Kita perlu sponsor dalam mengembangkan silat ini karena pendanaan yang masih dilakukan secara swadaya hingga saat ini memang menjadikan salah satu kendala FP2STI dalam mengembangkan silat tradisional lebih besar lagi,” pungkas Edwin.

 

sumber: koran jakarta

 

( red: dicopy sesuai artikel aslinya, walau ada beberapa distorsi informasi )

 

.

Rukun dan Pakai Hati, Cingkrig Nasrullah Rawa Belong

$
0
0

Ini sudah kedua kali kami saya mewakili dari Silat Indonesia bertemu dengan beliau . Kian hari wajahnya semakin ceria menunjukan keramah tamahan dengan mata yang selalu berbinar-binar bila Beliau cerita tentang Silat dan Betawi.

Pertama kali bertemu di lapangan Futsal di daerah Jl. Berdikari Raya (Kebayoran Lama), kemudian kedua kalinya saya bertemu di rumahnya di daerah Jl Adam Ujung, saya merasa dijamu dengan segala keramahtamahannya dan kebaikan budinya.

Beliau adalah Bang Abdul Basit M.S.I , Beliau salah Satu Guru Besar Padepokan Cingkrig Nasrullah Rawa Belong dan Ketua FORKABI Rawa Belong, juga salah satu tokoh Tiga Serangkai.

Sebetulnya saya agak sungkan bertemu dengan beliau. Karena sederet nama harum beliau di daerah Rawa Belong. Belum lama diriku mengenal beliau  baru dua kali. Tetapi entah kenapa saya langsung menyukainya.

Beliau berapi-api menceritakan Betawi tempo dulu dan bermacam-macam aliran silat yang ada di tanah betawi. Salah satu aliran silat terkenal di tanah betawi adalah aliran Cingkrig.

Si Pitung hanyalah salah satu kisah dari sekian banyak kisah legenda  jawara-jawara Betawi zaman silam yang diidentikan dengan daerah Rawa Belong. Hingga di tengah-tengah masyarakat Betawi pun muncul menjadi simbol sebuah semacam bentuk keyakinan, bahwa memperdalam pencak silat adalah salah satu upaya memelihara warisan leluhur.

Peragaan Jurus dasar dan Bong Bang oleh Murid-Murid Padepokan Cingkrig Nasrullah Rawa Belong di bawah asuhan dan bimbingan Bang Basit pun sempat diperlihatkan kepada saya. Saya melihat kehebatan, kelincahan dan keluwesan tata gerak Cingkrig Nasrullah Rawa Belong di depan mata saya. Saya tak henti-hentinya berdecak kagum melihatnya.

Di sela-sela perbincangan kami, Beliau tak ada henti-hentinya berbicara masalah “kerukunan” walau kadang diselingi canda tawa. Dibalik ke-sahaja-an beliau terlihat kecerdasan pola pikir beliau, yang berpikir mengenai masa depan Betawi dan Silat.

Mengenang Betawi tidak terlepas dari sejarah perkembangan dan dinamika Jakarta tempo dulu dan sekarang. Sejak dahulu Jakarta sudah menjadi kota kosmopolitan tempat di mana pertemuan berbagai ragam budaya, suku bangsa, hingga bangsa lain seperti Arab, Melayu, India, China, Portugal, Belanda, dan lain-lainnya.

Kemajemukan ini pula yang menyebabkan terjadinya pertukaran seni, budaya, adat istiadat hingga ilmu bela diri yang berkembang saat itu. Betawi memang dikenal memiliki banyak cerita dan kenangan di dunia pencak silat. Konon kabarnya di Jakarta terdapat ratusan aliran silat. Begitu juga silat tak lepas dari nuansa Betawi yang yang banyak alirannya hingga bermacam sepertinya ada di tanah Betawi.Keragaman aliran silat Betawi turut diwarnai oleh latarbelakang silat dari pendatang-pendatang yang ada di tanah Betawi, berasimilasi dengan aliran silat yang ada di Tanah Betawi. Proses asimilasi ini mendapatkan nama aliran ataupun bentuk bentuk baru. Nampaknya ciri khas dan latar belakang betawi tetap kuat mewarnai gerakan jurus-jurusnya yang ada di Tanah Betawi.

Dan menurut cerita Bang Basit, silat di Tanah Betawi disebut “Maenan”.

“Dulu ane diajar maenan harus pake hati, kalau bisa semua mencintai maenannya masing-masing, dan semua maenan semuanya bagus, tinggal pelakunye yang bermain bagus atau nggak, kalau bisa dibarengin sama tabiat-nye yang bagus, walau ane juga dulu bandel”, tutur beliau sambil tertawa, dengan logat betawinya yang kental.

“Kalau bise semua aliran di Betawi atawe seluruh Indonesia semuanye bersatu saling hormat-menghormatin, bekumpul semuanye, saling silahturahmi, saling sayang, gak ada bentrok-bentrokan atawa adu-aduan dan maju bersama, itu impian ane. Jangan kalah sama mainan luar negeri yang dikemas sangat bagus”, sambung beliau.

Alamat Padepokan Cingkrig Nasrullah Rawa Belong :

Jl. Masjid Al Anwar Gg Berdikari Kav 2. Rt. 002 Rw.001
Rawabelong, Sukabumi Utara, Jakarta Barat

 

 

.

Palembang Akan Miliki Padepokan Pencak Silat Seluas Satu Hektar

$
0
0

Palembang – Komplek Olahraga Jakabaring akan memiliki fasilitas baru berupa padepokan pencak silat. Tak tanggung-tanggung, padepokan tersebut akan mencakup luas satu hektar.

“Di padepokan itu semua atlet pencak silat di Sumatera Selatan akan berlatih dan dibina. Harapannya, akan lahir sejumlah atlet pencak silat yang andal, serta olahraga ini akan kembali dicintai masyarakat,” ujar Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) Sumatera, Selatan Ishak Mekki, kepada wartawan di Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Senin (14/05/2012).

Lahan seluas satu hektar tersebut merupakan hibah dari Ishak Mekki sendiri. Menurut Ishak, selama ini prestasi pencak silat Sumatera Selatan belum optimal, karenanya pembangunan padepokan ini diharapkan bisa mengubah hal tersebut.

Di lahan seluas satu hektare itu, selain disediakan lapangan buat berlatih, juga dibangun gedung pertandingan, penginapan dan sarana lainnya.

Insya Allah dalam satu-dua bulan ini peletakan batu pertama padepokan itu dilakukan,” tuntas dia.

sumber:
detik

 

Ameng Timbangan, Berkelahi Tanpa Menyakiti

$
0
0

Ameng Timbangan,
Menemukan keseimbangan manusia dalam penjara, Raden Anggakusumah mengajarkan pekerti luhur dan menyelaraskan gerak. Hindari kekuatan lawan, alihkan serangan, duduki posisinya. Tapi, jangan sakiti lawan tak berdaya.

Wajah Gending Raspuzi mendadak serius. Tatapannya fokus menghadap lawan. Dengan sigap, lelaki yang akrab disapa Kang Gending itu menepis pukulan yang mengarah wajahnya. Sejurus kemudian, praktisi Ameng Timbangan ini menjatuhkan lawan tanpa melukainya.

kang gendingSelama ini, memang tak banyak yang mengetahui Ameng Timbangan seperti yang dilakukan Kang Gending. Beladiri asli Bandung ini terkesan tertutup dan jauh dari publikasi. Namun beladiri ini oleh penciptanya tidak dipandang sebagai salah satu aliran pencak silat. Hanya, pandangan umum tetap menganggapnya salah satu aliran pencak silat lain.

Muncul pertama kali di Bandung pada 1927, Ameng Timbangan digagas Raden (Rd.) Anggakusumah, putra Rd. Haji Adra’i, penghulu kepala di Sumedang. Menurut Kang Gending, Rd. Anggakusumah sebelumnya tak pernah belajar pencak silat, juga tak menganut aliran pencak silat yang ada. Jadi, Ameng Timbangan benar-benar temuan orisinal Rd. Anggakusumah sendiri.

Menurut sang cucu, Rd. Darajat Anggakusumah, biasa disapa Kang Aom, Ameng Timbangan memang bukan pencak silat. “Karena timbangan itu prinsipnya untuk menyelamatkan diri. Baik diri sendiri maupun lawan. Makanya, dalam timbangan tak ada pukulan maupun tendangan,” ujarnya.

Ameng Timbangan, tutur Kang Gending, dipelajari dalam beberapa tahapan. Awalnya calon murid harus memahami lebih dulu filosofi Timbangan. Biasanya itu dilakukan lewat dialog dalam beberapa pertemuan. “Saya sendiri tujuh kali bertemu hanya mengobrol saja, tidak juga diajari Timbangan,” kata Kang Gending, murid Rd. Muhyidin Angga kusumah (ayah Kang Aom).

Sekilas, obrolan itu tak penting. Namun sebenarnya itu menjadi salah satu ujian bagi calon murid. Ya, filosofi Timbangan yang dikemas dalam obrolan ringan justru erat berhubungan dengan teknik yang dipelajari. Lewat tanya jawab, seorang guru dapat menilai mental dan moral muridnya.

Lebih jauh, menurut filosofi Rd. Anggakusumah, manusia bakal selamat bila memegang teguh prinsip cageur (sehat jasmani), bageur (berkelakuan baik), dan bener (berbuat benar). Ketiga unsur ini dilengkapi kembali oleh Rd. Muhyidin dengan enam pegangan lain, sehingga menjadi sembilan (sangawedi): Ati-ati (hati-hati), taliti (teliti), gumati (sungguh-sungguh), toweksa (cermat), wiwaha (penuh pertimbangan), dan waspada. Setelah melewati tahap pembinaan mental dan spiritual, barulah para murid diberi pelajaran jasmani.

Gending Raspuzi mempraktekan gerakan ameng timbangan.

Menurut Kang Gending, tahap pertama pendekar Timbangan menghadapi lawan adalah bicara dari hati ke hati. Bila kata-kata lemah lembut tidak diterima, dan lawan tetap mengandalkan kekerasan, barulah pendekar Timbangan melawan secara jasmani. Kendati, itu hanya untuk menguasai posisi atau kedudukan sedemikian rupa, sehingga lawan sulit menyerang namun mudah diserang. Ini terus menerus dilakukan atau dikuasai, tapi tidak dimanfaatkan untuk menyakiti lawan. Dengan demikian, di pihak lawan, diharapkan timbul kesadaran bahwa pendekar Timbangan tidak bermaksud buruk.

Untuk merebut kedudukan atau posisi ideal, pendekar Timbangan akan memberi kesempatan lawan untuk menyerang. Arus tenaga tidak ditangkis, karena Ameng Timbangan tak menggunakan teknik tangkisan. Namun serangan itu dibelokkan atau dielakkan agar kedudukan lawan menjadi labil. Dalam kondisi labil, pendekar Timbangan segera melakukan penutupan atau perebutan posisi, sesuai tujuan yang dikehendaki.

Toh, untuk melaksanakan taktik yang seakan-akan sangat sederhana itu tetap dibutuhkan keterampilan pelbagai jenis teknik. Seperti, kepekaan rasa yang memungkinkan pendekar Timbangan mampu menangkap atau mengantisipasi dengan cepat, situasi yang sedang dihadapi. Tak cuma itu, ia juga harus punya kecepatan reaksi. Sebagai seni beladiri tanpa kekerasan, dan dalam sasaran strateginya hanya berusaha menempati atau menguasai posisi, unsur kecepatan sangatlah penting.

Setelah itu, ia harus mampu menghitung dan menetapkan jarak dengan lawan. Dengan penguasaan jarak yang tepat, ia dapat mengantisipasi sekaligus menguasai kemungkinan serangan. Penilaian tepat terhadap jarak akan mampu menghindarkan serangan lawan dan merebut kedudukan secara tepat.

Selanjutnya, ia harus mampu mengendalikan tubuh lawan serta seluruh anggota tubuhnya. Untuk itu, dibutuhkan kepekaan rasa dan gerak cukup tinggi. Teknik menempel dan merapat, khusus digunakan untuk perkelahian jarak dekat. Dengan kemampuan menilai sikap dan posisi jasmani seseorang, kita akan mendapatkan gambaran tentang gerakan yang mungkin dilakukan lawan.

Sementara itu, gerakan menyalurkan tenaga lawan berupa penghindaran atau pengalihan lintasan gerak lawan lewat pembelokan, dilakukan dengan tenaga sekadarnya. Adapun melepas kuncian atau cekikan tidak berbeda dengan teknik aliran pencak silat lain. Prinsipnya, tetap menggunakan tenaga sekadarnya namun dengan efektivitas tinggi. Akhirnya, pendekar Timbangan harus dapat menghindari serangan lawan dan berusaha menyalurkannya ke tempat lain, sampai tenaga lawan terkuras dan posisinya labil.

Untuk tahap ini, pendekar harus menguasai beberapa jenis langkah. Misalnya, langkah lurus (maju mundur), serong (maju mundur), menyamping, dan balik arah. Setiap gerakan harus lambat, lembut, dan santai. Setiap perpindahan berat tubuh harus benar-benar dihayati, agar ditemukan rasa keseimbangan. Sehingga, setiap gerak terkesan tanpa arti, kosong, bersih, dan tanpa niat mencelakakan orang lain. Lawan yang menyerang biasanya akan celaka sendiri akibat perbuatannya. Bahkan, pendekar yang telah menghayati Ameng Timbangan justru akan menyelamatkan lawannya agar tidak terjatuh. Kalau toh jatuh, ia akan segera membangunkannya.

Mempelajari beberapa langkah atau kuda-kuda dalam gerak lambat ini dimaksudkan untuk bersiap menghadapi lawan yang mengerahkan beragam jenis kuda-kuda. Mengombinasi langkah-langkah yang telah dipelajari juga sangat penting, agar dapat bergerak terus tanpa canggung, serta berpindah dari satu posisi ke posisi lain.

Mungkin, karena kekhasan ujaran dan jurus itulah perkembangan Ameng Timbangan tidak sepesat aliran pencak silat lain. Itu memang akibat beratnya pendidikan ruhani atau mental spiritual calon murid. Mereka yang tak punya kesabaran dan motivasi tinggi serta mudah bosan, biasanya akan segera meninggalkan Ameng Timbangan. Tapi bagi yang sabar, akan sering diajak guru untuk berdialog.

Selain itu, jurus-jurus Ameng Timbangan tidak terlihat atraktif dan cenderung membosankan. Latihan mengulang gerakan dalam gerak lambat, umumnya tidak begitu diminati kawula muda. Tapi, justru itulah tantangan yang harus dilalui dengan baik agar hasilnya dapat dirasakan dan dihayati.

Seperti gerakan atau seni beladiri lain yang lahir di masa kolonialisme, keberadaan Ameng Timbangan tak luput dari kecurigaan pihak penjajah Belanda. Berkali-kali Belanda mengutus mata-mata untuk mengawasi kegiatannya. Kebetulan, kegiatan awal Ameng Timbangan berupa pembacaan kitab, tak ubahnya pengajian. Mata-mata itu pun menilainya tidak mengkhawatirkan. Padahal, setelah acara membacaan kitab, mereka mulai melakukan gerakan yang sudah tidak lagi diawasi. Bahkan, mata-mata itu akhirnya membelot dan bergabung untuk mempelajari Ameng Timbangan, karena menurutnya memang bermaksud baik.

Dari segi geraknya, banyak kalangan menilai Ameng Timbangan mirip Taichi, seni beladiri asal China. “Sewaktu belajar Timbangan, saya juga sengaja belajar Taichi. Saya ingin buktikan apakah keduanya saling terkait satu sama lain. Ternyata tidak,” ungkap Kang Gending. Kalau toh prinsipnya sama (mengajarkan keseimbangan), namun dalam Timbangan, keseimbangan yang dibutuhkan bukan cuma fisik, tapi juga mental. Itulah pekerti luhur jasmani ruhani yang diinginkan penggagas Ameng Timbangan.

Menemukan Keseimbangan dalam Penjara

Semasa muda, Rd. Anggakusumah aktif dalam organisasi politik Syarikat Islam, Bandung. Sikap kritisnya terhadap kondisi sosial politik kala itu membuatnya ditangkap aparat Belanda dan dijebloskan ke penjara Banceuy, 1919. Di situ , ia banyak bergaul dan berdiskusi dengan tokoh pergerakan lain.

Hasilnya, tercetus gagasan untuk menyelamatkan manusia dalam kehidupan fana ini. Rd. Anggakusumah menyimpulkan, segala sesuatu di dunia ini selalu berada dalam harmoni atau keseimbangan. Hasil renungannya dibukukan dalam tiga kitab berbahasa Sunda, yang ditulisnya dalam bentuk guguritan (tembang): Gurinda Alam Rohani Majaji (Guaroma), Imam Bener Tetengger Allah (Ibtat), dan Sareat, Tarekat, Hakekat, Makrifat (Satahama). Kitab-kitab itulah yang dianggap awal terciptanya beladiri Timbangan. Bentuk latihannya masih berupa diskusi antartahanan, demi membentuk kepribadian kuat. Pada perenungan berikutnya, ia menjumpai banyak orang lemah menderita akibat ditindas orang kuat, sekalipun korban berada di pihak yang benar.

raden anggakusumahSejak itu, Rd. Anggakusumah mulai memikirkan latihan jasmani sebagai bagian sistem beladiri Timbangan. Ia yakin, seperti alam, gerak tubuh manusia selalu dalam keseimbangan. Tak lama, ia dipindahkan ke penjara Sawah lunto, Sumatera Barat. Di sana, ia disatukan dengan para penjahat dan pembunuh. Di tempat itulah hasil renungannya sempat dipraktikkan untuk melumpuhkan narapidana gila yang mengamuk serta menyadarkan jagoan yang iri.

Nama Timbangan diciptakan Rd. Anggakusumah karena sangat sesuai dengan filosofi yang diyakininya. Timbangan merupakan alat ukur untuk menilai sesuatu, serta menimbang salah dan benar. Ajaran dan ujaran dalam tiga kitab itu hanya dapat dipelajari murid Ameng Timbangan, Namun seperti pengajian umumnya kitab itu dibaca bersama.

Rd. Anggakusumah wafat 1979 dan di makamkan di Nyengseret, Bandung.

sumber:
prioritasnews

Gak Berusaha Jadi Jago, Cuma kepengen jago dalam Berusaha, Ki Ontong Kota Bambu Utara

$
0
0

ki-ontong-kota-bambuSalah satu kota yang ada di negara Indonesia dan sebagai Ibukota , yaitu kota Jakarta. Kota yang sangat identik dengan keramaian nya, bukan hanya  pada siang hari saja, tetapi saat malam hari pun di kota ini tetap menawarkan berbagai macam hiburan malam. Ibu kota jakarta atau kota metropolitan yang ada di negara Indonesia ini,mempunyai dua sisi yang berbeda. di satu sisi kota ini sebagai ikon negara indonesia ,karena semua orang yang ada di daerah-daerah maupun pelosok negara ini sangat berhasrat untuk mengadu nasib di kota ini. seperti mencari pekerjaan,membuka usaha,atau hanya sekedar untuk jalan-jalan ke objek wisata yang ada di jakarta. Saat ini kami berkunjung ke sebuah pelosok di Ibu kota, Daerah  Kota bambu Utara, Jakarta Barat. Di daerah ini kami menemukan sebuah maenan (orang betawi menyebut silat sebagai maenan, atau maen pukulan) yang dikenal Ki Ontong Bambu Utara. Disana saya bertemu dengan Bang Jack (Ahmad Yani), Bang BJ (Firdaus) dan Bang Edi.

Saat kami datang malam hari di rumah Bang BJ (bacanya Bije) , kami menemukan keramahan dan rasa persaudaraan yang kental. Disebuah ruang tamu yang diset sebagai tempat latihan silat, saya berbincang-bincang panjang lebar disana.

“Ini tempat kite latihan maenan disinin bang, diatas anak-anak kalau buat prakarya bambu”, tutur Bang BJ. Terlihat tempat ukuran yang tidak terlalu besar dipakai untuk latihan silat. (prakarya bambu : kerajinan tangan dari bambu)

Tapi biar begini tempatnya kita berpikir dan berharap Ki Ontong, salah satu seni beladiri tradisional betawi yang harus tetap dilestarikan“, sambungnya

“Ki Ontong- katenye sih asalnye nama orang yg tinggalnye dikemanggisan. orang-orang dulu yang punya silat ‘Ki Ontong’ diajarin sama ngajarinnye ketutup, jadi agak susah dah nyari siape nyang punya”.

“Ki Ontong- kagak cuman berkembang di kemanggisan doang, tapi ke daerah laen kayak Kota Bambu Utara contohnye. menurut cerita juga, di Kota Bambu Utara banyak nyang punya silat ‘Ki Ontong’ cuman kagak ada nyang ngajarin lagi”

“Nah, Seiring berkembangnye zaman, kite mau nyoba kenalin lagi silat ‘Ki Ontong’ ke sodare sodare, encang, encing, nyak, babe disekitar kite dan dunia luar. kite takutnya salah satu kesenian tradisional betawi lama-lama ilang, kayak orangnye yang pade minggir kena gusur “, canda Bang BJ,  diselingi gelak tawa.

“Karena udah jarang yang ngelestariin seni budaya betawi pada umumnye, silat ‘Ki Ontong’ khususnye”

“Ki Ontong yang di kite- ciri permaenannye pake kuda-kuda rendah trus seliwa ,berlawanan arah juga. Agak rapet, cepet, sama ringkes”.

“Ki Ontong- ada 20 jurus sama makannye, nah jalannye ada 3 yaitu jalan jurus, jalan susur, sama jalan rimbang”

“Nah selain buat olah raga biar sehat, di lingkungan setempat juga mengikuti program pemerintah tentang pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Melestarikan Kebudayaan  Tradisional dengan cara melatih anak muda setempat, bahkan anak kecil di lingkungan setempat biar ga salah jalan”, sambungnya lagi

“Selain berlatih silat ‘Ki Ontong’ juga diberikan pendidikan moral melalui mengaji, diskusi singkat, pelatihan berusaha dan berkarya. sehingga terwujud kata-kata ‘ Jago Dalam Berusaha, Bukan Berusaha Menjadi Jago ‘” katanya.

Memang saat kami bersilahturahmi di daerah Kota Bambu Utara, kami melihat ‘Ki Ontong Bambu Utara menyatu dalam wadah “SIBUK” (Seni Budaya Usaha  & Kreasi) antara lain : Silat,  Palang Pintu, Marawis, Jahit Menjahit, Pengolahan Limbah Bambu, dan lain-lain. Kesemuanya itu yang bertujuan untuk dijadikan gerak usaha. Sehingga Moto mereka pakai tertulis “Gak Berusaha Jadi JAGO, Cuma kepengen jago dalam BERUSAHA”.

“Buat semuanye kalo ada yang berminat belajar atau silahturahmi liat silat ‘Ki Ontong Kota Bambu’ bisa dateng ke Sekretariatnye kite, mau panggil kite buat acara-acara juga, atawa mau join usaha sama kite disini, Kita juga bukan organisasi yang berlandaskan materi usahanya, melainkan persaudaraan”

“Kita ‘Ki Ontong Kota Bambu Utara’,seneng diskusi, yah kalau salah-salah kate tolong di benerin, kalo ada kurang tolong ditambahin. karena kita cuma mau ngelestariin seni budaya tradisional betawi khususnya Silat  ‘Ki Ontong’’” , kata-kata ramah mereka saat kami minta ijin untuk pulang.

 

Sekretariat ‘ Ki Ontong Bambu Utara’

Jl. Wuluh I Rt.002 Rw.007 No.29 A

Kel. Kota bambu Utara, Jakarta Barat.

Telp  0815 881 3497 ( Om BJ )

 

Viewing all 59 articles
Browse latest View live